witch hazel

witch hazel

Wednesday, 20 October 2010

ventilasi.

jadi begini situasinya, bayangkan kamu tidak pernah bisa selesai minum karena rasa haus tidak kunjung habis. sedang perutmu begitu penuh dan buncit.
kemudian bayangkan juga apetite makanmu yang tak terkendali, begitulah saya dalam menginjeksi ilmu. saya gila ingin tahu. ratu penasaran. dan seperti itulah keburukan kepala saya. busung lapar. dia lupa bahwa dia terus mengunyah, memamah biak.
tradisi dan akar primordial mengajarkan saya berhati-hati. bisa-bisa subversif kata harmoko. belum lagi bersanding dengan ibu yang analitis dan bapak yang kritis. dan yang anehnya, keduanya orang jawa. tinggal dinegara santri. demi lucifer atau sekedar dewa birahi buas di jagat raya, saya gila.
lambat laun saya jadi si sok tahu yang blingsatan saat berbicara. hardtop baja dengan rem yang blong. sempurna.
ada yang bisa menunjukkan saya arah kamar kecil? tolong. saya harus buang air. kandung kemih dan usus besar saya meradang.

Tuesday, 19 October 2010

all hard work and no play makes jack dull and lame

okay, here's the situation young man,
i think faster than you.
just admit it.
and whip your ass to run after me, overtake my speed.
don't push me to slow down.
educate yourself.
or just walk out the door and let other in.
easy?
isn't it?

duduk dan baca baik-baik.

hey, perempuan, jika kamu datang dari keluarga yang berada atau berkecukupan baik materiil maupun immateriil, kemudian kamu dikecewakan oleh seseorang.
dan tepat pada titik itu kamu mulai bertanya, 
'apakah saya selama ini mendapat perhatian yang cukup?'
jawabannya 'ya'
kemudian kamu kembali bertanya,
'lantas mengapa saya kali ini harus kecewa? toh selama ini saya sudah mendapat segenap perhatian dari orang-orang yang begitu menyayangi saya? sehingga kali ini, merasa kecewa, sepertinya tidak apa-apa..'
sekali dua kali sepertinya kamu terlihat seperti perempuan baik.
namun, coba bayangkan pikiran macam itu lahir disetiap konflik atau hubungan yang berpotensi rawan konflik.
apakah kamu, kecuali perempuan masokis?
tidak ada alasan yang pernah membenarkan orang lain menjadi agen penyebab kekecewaan.
selama kamu yakin yang telah kamu lakukan tidak salah & buruk, dan kamu dikecewakan, the problem is theirs, not yours!
pikiran menenangkan macam itu tipikal jawa, dan cenderung tidak sehat.
sudah saatnya kita bersuara dan terlihat buas didepan wajah mereka atas nama kebenaran dan kebaikan, dari pada kenes dan malu-malu tetapi menyimpan keris dipunggung belakang.

Eat this, lover girl.

"having a child means having a tattoo on your face, you got to fully commited"
satu dari sekian banyak tagline yang saya ingat dari Eat, Pray, Love.
film itu cukup cerewet. dan seperti anak kecil menghadapi ibunya yang bawel, ia bisa tiba tiba out of tune dan perkataan yang membanjir dari mulut sang ibu cuma mendengung dan tidak memantul-mantul dalam sanubari sang anak, dalam kasus ini, penonton tertidur.
Julia Robert cukup renyah untuk segera dikunyah seperti snack ringan.
tapi kalimat yang keluar dari mulut sahabat Julia yang kebetulan seorang perempuan berkulit hitam, sempat membuat saya tersesat mengikuti alur kisah tersebut dan untuk waktu agak lama seperti berdiri telanjang dihadapan cermin. dan saya bertanya pada diri saya sendiri : sudahkah saya berani berkomitmen?
mungkin tidak dengan memiliki seorang anak, belum. tapi, dengan segala keputusan dalam hidup saya. dan menempatkan keputusan demi keputusan dengan tanggung jawab dan kesadaran penuh seperti memiliki tato diwajah saya?
reflektif.
saya berfikir keras, lebih tepatnya merenung.
tepat disebelah kanan saya, kekasih. sudahkan saya berkomitmen untuk mencintai keburukannya? sudahkah saya melepas atribut ego dan sejenak mengautentifikasi egonya? mengakui secara 'sadar' bahwa ia ada. keberadaan yang menyentuh titik paling aktual dalam situasi nyata.
akal dan nalar kali ini dipekerjakan untuk masuk kewilayah intuitif dan abstrak, saat bicara tentang rasa. satu zat yang berhasil membuat manusia dari zaman purbakala sampai saat ini sibuk, mencari barometernya. kerajaan subjektiva membangun laboratorium penelitian para unidentified flying object dari dunia objektiva.
kemudian ingatan saya memanggil momen, fragmen peristiwa, dan adegan dari masa lampau. salah satunya yang muncul adalah komentar, opini, atau kritik dari para sahabat.
yang terseleksi diakal, justru statement negatif mereka. dan dari situ saya mengukur yang tak mungkin terendus logika.
saya masih ada disini, disebelah kekasih saya. untuk seribu gugatan dan klaim kejam saya padanya, tangan kita tetap berpautan. kami masih terus bersama diantara hawa panas dan lembabnya suatu hubungan percintaan sampai semilir dingin meski singkat dari birahi atau apapun yang mendekati kebahagiaan. mungkin ledakan orgasmik, mungkin juga sekedar senyum tulus setelah ucapan terima kasih, atas suguhan sarapan, atau gelisah yang dijinakkan.
kemudian, satu serambi dalam jantung berdetak dan oksigen kembali masuk kekepala, disusul oleh sanggahan dari otak saya sendiri atas pernyataan saya sendiri tadi,
"apakah dengan bertahan menghadapi arus baik dan burukmu dengan pasanganmu berarti kamu sudah berkomitmen dengan baik dan benar?"
verifikasi kebenaran dari pernyataan awal dan jawaban dari sanggahan saya sendiri ternyata adalah ujian yang lain lagi. kali ini saya harus lebih sayang pada diri saya sendiri dibandingkan apapun yang lain, yaitu dengan keputusan saya untuk mengikhlaskan monolog ini open ending, cenderung ambigu. biarkanlah. karena hanya ruang waktu dan peristiwa yang bisa jadi ruang ujiannya. toh, bagi raport juga satu selaput yang masih belum saatnya saya tembus, kematian.

apakah kamu?

menonton dan mendengar lebih mudah dibandingkan dengan membaca, dalam konteks meresap informasi.
pertanyaan untukmu yang membaca tulisan ini,
'apakah anda berlangganan koran?'
jika iya, kamu termasuk salah satu dari sekian banyak orang yang saya segani.
pertanyaan selanjutnya,
'apakah anda membaca buku?'
jika tidak, saya masih bisa menunggu kamu untuk segera memberi otakmu makanan.
kemudian disusul pertanyaan,
'apakah anda memotret?'
jika ia, maka kamu teman saya.

Monday, 4 October 2010

NGUNYAH SUNPRIDE DAN MINUM SUSU SEGER SAMBIL NGELAMUN.
WAJAH YANG BIASA AKU TATAP SEBELUM TIDUR, MALAM INI NGGA ADA.
RASANYA KOSONG.

Sunday, 5 September 2010

"bandung lima september"

sebelum umur saya seperempat abad, saya berjanji untuk memotret. penataan ulang diluar kamera saya hindari. rupanya yang apa adanya begitu menyenangkan, dan khusus untuk belajar akan itu saya warnai rambut saya.



















Thursday, 26 August 2010

PADA SYAHRAZAD




nachtwey tak mengelak, ada perang dalam perang. dahsyat, terdahsyat bukan yang matanya lihat, namun jauh didalam tempurung antara otak dan nuraninya. pun ia, tak juga mampu mencetak diatas kertas, rasa. gambar begitu terbatas bingkai dan lensa tak pernah cukup bening.
 
karl may dengan yakin duduk dikursi kamarnya dan surat menyurat, pengalaman inderawi tak kuasa menggodanya keluar ruang dan mencicip kehidupan. kacamata personal dikumpulkan satu per satu dalam satuan waktu ke dalam satu berkas tebal. pun catatan, berubah sesuai kuasa tangan, kuasa ruang serta waktu.

yang gila, yang belum sepenuhnya terjaga dari lelap, syahdan bebas dosa. dali memulas kuas bersikukuh menggelar pasal dan ayat mengenai cairnya periode. pasang surut yang sadar dan yang tidak, atau keadaan diantaranya. ia bubuhkan warna, diantara dogma. dan ekspektasi begitu kentara jelas, ia tak ingin wilayah itu berakhir abu-abu. spektrum warna lain dipaksa lahir dari jemari yang menari di atas kanvas.

goldin yakin bahwa yang Ada, bersarang dari satu ruang intim. seperti semua tahu dialektika ovum dan sperma, maka ia rumahkan sebuah gejala. kemudian diagnosa membeku. apa yang diam  tersembunyi antara rahasia dan realita? ceriwisnya sebuah kesunyian. itu yang bertubi-tubi ia bicarakan, dalam esai panjang, tanpa kata-kata.

ahli nujum dan komentator bola. menata tabir diatas meja makan malam. manusia begitu mendamba keniscayaan. tak pernah sabar menunggu sesuatu yang pasti akan datang. disitu kubrick duduk dimimbar disaksikan umat yang ketakutan. kecerdasan ontologisnya menghipnotis berbagai kalangan. bola mata berikut sejumput serabut otak garda depan. decak kagum instalasi manusia dan perempuan manequin. premanisme yang vandal. wig, penjahat dan efek jera yang letoy. usaha berat untuk membungkus demonstrasi dengan  kertas kado rumit tapi cantik. khalayak umum, dibuat keringat dingin dan emosi.

mungkin kala itu fatmawati hanya ingin menjelujur dua kain menjadi satu. selain melahirkan, dan rela dimadu. dalam horizon hidupnya yang dibingkai batas, ia ternyata mampu menjadi ahli waris atas hak cipta bendera sebuah negara.

diluar sekat yang membatasimu, bisa jadi mereka yang tak mau diketahui personanya memberi dan melakukan banyak untuk dunia. setia hadir menjadi ruang kosong seperti  gelas atau daun pintu. agar air bisa terus dituang untuk leher yang kerontang, dan segala yang hidup lalu lalang melintas perbatasan antara luar dan dalam.

sementara itu, ada yang terus membelakangi pura-pura tidak melihat serta menutup telinga erat hingga kedap.

Monday, 23 August 2010

rumah tangga narja

apa cita cita kamu, narja yang manis?

jadi pembantu rumah tangga, tante.

hah? *shock* kamu becanda kan sayang..

enggak tante, sungguh.

kenapa?

karena aku suka mandi.

loh, apa hubungannya?

tante ngga suka kan badannya lengket?

tentu tidak dong, anak cantik..

rumah juga sering curhat sama aku dia gatel dan lengket.
aku mau mandiin dia terus.

maksudnya, sayang? ah, kamu sedang berkhayal ya? mungkin karena kamu baru pindah rumah kali yaa.. nanti tante sering maen ya supaya kamu ngga kesepian, tikcantik.. dan kata mama, ruang dilantai tiga akan dijadikan studio ballet kamu ya? besok tante dateng ya, mau liat dekorasinya nih..

jangan tante, besok waktu aku keramas.

terus kenapa?
kita bisa ketemu setelah kamu keramas kan?

rumahnya mau aku keramasin juga.
barusan, katanya dia kegatelan..
(..)menurut beberapa saksi mata dari fenomena mati suri, di alam yang berbeda itu semua manusia berwajah serupa.(..)

dan bahkan saksi mata masih dapat mengidentifikasi wujud mereka sebagai manusia?

dan jika kesaksian tersebut nanti bisa kita verifikasi.
sungguh, ponds dan maksara hanya jadi perkara buang uang.

janji primordial kurang akur

apa lagi yang kau takuti?

banyak.

apa?

kecoak.

itu sudah kau sebut diawal!

oh iya, hmm. perawan tua.

kau bahkan tidak lagi perawan, jauh sebelum kamu bisa mengingat.

oh iya yah.

pamanmu iseng dikali dulu. mungkin kau lupa.

oh. iya ya.

apa lagi?

menjadi kaya.

ayo apalagi?

jadi sarjana.

terus?

bisa main piano.

lalu? kok diem. sebut aja terus.

iya, ini lagi mikir.
mungkin, hmm mengetahui rahasia.

untuk ketakutanmu saja kau ragu, apalagi keinginanmu? yak, lanjut!

takut dilahirkan.

kenapa?

mmm.
ya, namanya juga ketakutan.. kan biasanya aneh aneh.

iya!! tapi kenapa?!

mau lanjut kejawaban berikutnya?

jawab dulu!!
heh! kok diem aja?!
jawab!!
kenapa?

KARENA KALAU AKU DILAHIRKAN, SEPERTI SEMUA WARGA SINI TAHU AKU AKAN BERJODOH SAMA KAMU.
AKU LEBIH BAIK DISINI TIDAK PERNAH LAHIR, DARIPADA MENGHABISKAN WAKTU DINERAKA BERSAMAMU!!



kenapa kau tak berhenti memandangi bokongku?

aku berjalan dibelakangmu, dia yang ada tepat didepanku!

berhenti! kau membuatku geram!

silakan berjalan mundur.

ahh berani membangkang kau, bocah!

kalau begitu mari belajar berdiri seperti manusia.
agar tengkukmu yang kulihat saat kita menapaki jurang.



wawancara antara dua orang yang satu.

seandainya saja saya punya kesempatan untuk tidak betul betul menjadi pecundang.
saya pasti tidak lagi punya keinginan ekstravagan untuk menculik kehidupan dan menguncinya dalam potrait.
saya pasti sudah sangat kehabisan waktu menikmati alam dengan mata telanjang.
tidak ada keinginan untuk memindahtangankan wajah cantik kehidupan, karena saya juga pasti sudah sangat kaya. berduit maksudnya.
jadi jika saya cerita tentang perjalanan fisik saya mengelilingi globe sungguhan, saya tidak perlu menunjukkan foto pada mereka yang bertanya lebih lanjut.
hanya tiket. pulang. pergi.
agar yang melempar pertanyaan bisa menelan panorama langsung dari bola matanya sendiri.
tak peduli berapa banyak orang yang bertanya.
tak peduli berapa lebar dunia.

kesempatan apa?

untuk berani.
bersedia durhaka.
hengkang angkat kaki.
mulai mengimani, entah apa yang setia menuntun dari dalam sini, suatu tempat yang tak pernah bisa orang lain lihat.

Sunday, 22 August 2010

Saturday, 21 August 2010

kepada Kei Aozora.

karena, kita sama-sama sinderala.
sayang,
ada nama dan keping wajahmu:
dalam tiap pulas sapu yang menyentuh lantai.
dalam tiap debu yang terusir kain pel berkarbol.
dalam tiap buih busa deterjen diember rendaman baju kotor kami.
dalam tiap oseng tumisan sayur segar bercampur daging has dalam.
dalam tiap hela keringat saat bercocok tanam dikebun kami.
di akhir perundingan damai dengan dunia konsekuensi dan kausalitas, akhirnya kutemukan sedikit saja harapan.

berjanjilah menyanggah jika terdengar konyol, dengan intelektualitas bak cendikiawan aku rasa kita berdua ini adalah pemberontak radikal lengkap dengan femininitas dan anti feminis.
karena sungguh kamu merindu kerajaan patriarkis absolut, begitu juga aku.
walau jauh dari cukup, keberadaan yang mengelilingi terus ditepis secara konstan dengan lengan. kemapanan dimata kita seperti batu yang dijatuhkan dari tebing tepat kearah kita dibawah lembah. dan kita terus menangkis yang mereka di luar sana ais, kejar, sembah layak berhala.
kita yang congkak, angkuh.
menengadah tak menunduk dan terus melawan. kemapanan.
dengan cara apa? pertanyaan itu berkecamuk liar dibenakmu, bukan?
sederhana saja.
dengan terus menerus dan terus menggapai yang ideal.
melukis cita rasa citra diatas kanvas yang tak lagi bisa dilucuti apa saja warna yang tergores, tersiram, terciprat, tertuang, terludah dipermukaannya :
menggambar wajah lelaki.
yang kita berdua begitu yakini, ia tidak akan pernah ada.
energi yang tidak akan pernah terlahirkan (untuk menemani cahaya ini yang meredup seperti kunang-kunang menjelang fajar) meski dikonstelasi jagat seratus juta tahun cahaya jauhnya dari tangan kita yang kapalan.

mengapa kita bergulat keji melawan bayangan kita sendiri diatas ring kecil, disekelilingi kawat listrik, pelik, hingga darah tak lagi tangis?
karena sampai atom terkecil, secara kromosomik kita berdua terus berjuang menghukum diri sendiri. akibat merasa tak layak mendapat semua yang kita genggam sekarang, apalagi setelah melewati pintu servix ibu dan mama dulu dan akibat yang menyusul dibelakang, sesal, rasa bersalah.
melanjutkan janji primordial, kita mengamini meyakini utopia, cita akan cinta yang ternyata hanya ada diatas kertas dibantu pena.
dia tidak akan pernah ada, sayang.
mengapa tidak kita bangun dan bertatap muka dengan alam dibalik sadar?
pelototi lelaki yang tepat didepan mata.
lucuti atribut kosmetiknya.

masih mampukah kita mencintai tanpa persyaratan?

jika iya, mungkin saat itu adalah hari lahir kita yang sebenarnya.

di luar sana, manusia menunggu persalinan ibu dan mama.

sementara sampai saat ini kita masih bungkam dalam cairan amnion. yang ternyata lebih nyaman dari yang mereka semua bilang. dan kita terus melawan, entah pada siapa dan untuk apa.

aku sayang kamu.
maka dari itu, ayo kita keluar.
s e k a r a n g!


I
am
sorry,
i
am
more
than
just
a
girl.

I have two things on my to-do list:
to love
and
to love.
 
And there’s only a word for the way society sees bodies : insane.

There is much to be learned from the beasts.
Herewith i lay, holding their Post-mortem Knives.
Deru laju, gerak deras suatu arus:
Meracun.
Menyerpih.
Menjagal.
Pengemasan latar belakang yang intelek.

Wednesday, 11 August 2010

jalang


selamat siang perempuan manis.
saya suka melihat kamu sengsara.
mengutuk diri.
menghujat lelaki.
berkaca bertanya apa yang salah darimu.
kamu akan tetap beberapa langkah dibelakang.
begitu manisnya menyaksikan persaingan.
sedang disini saya bersantai menonton sambil makan berondong manis.
kamu begitu seru seperti adegan pembunuhan dilayar lebar.
teruslah berharap bisa menjadi saya.
silakan membandingkan.
saya sukaa!
silakan bunuh saya dengan kebaikan.
jangan berhenti merasa kecil.
supaya saya terus toyor kamu dari depan belakang.
sesekali menampar dipipi kanan.
kamu menyedihkan, untuk itu kamu selalu menarik untuk jadi tontonan.

Tuesday, 27 July 2010

MOTHER,
PLEASE STOP BLEEDING.

Monday, 26 July 2010

-----------------------sihka winka

manis dan pahitnya berbanding lurus


Sunday, 18 July 2010

talak

syair liris dan nada melodis tak lagi mampu meninabobokan kami.
hentikan usap punggung itu.
hutan dan sungai menunggu misterinya diselesaikan seperti perawan dialtar.
lambung yang masam tidak menemukan jawaban ditumpukan buku.
kami terus berdiri disini selebar tanganmu direntang kedepan.
tapi rayuan merdu beledu tak pernah sampai kepori-pori kulit.
ajarkan kami menulis dengan huruf dan tebal tinta yang tepat, kesepuluh jari telah mendarat tepat diatas mesin ketikmu. beribu doa mengantri untuk dibaca. sampai sekarang hanya terpanjat dikepala.
atau setidaknya, ajarkan kami untuk mengenangmu seperti mereka beribadah.
pemujaan satu arah.  

Tuesday, 13 July 2010

again, this night. like others before.
your scent lullabies me to sleep deep.

i want my two hands smell as sweet as your odour.
it jumps from your neck, probably your sweater, to my tired arms.
as we hug.
i wouldn't bath for three days.
and it stays, invisible.
like you.
you smell so good. i trace your presence with my nose.

Saturday, 10 July 2010

KELUAR JALUR

sepeda. malam. anker. gitar. melodi. kretek. harum. hitam. kawan. hangat. memori. jenius. sayang. harum. anker. kekasih.

saat mencengkeram leher. mengerang pendek. sedikit melenguh. menjambak rambut. mendekat. menjauh :
kamu dihadapanku, tetapi dia bercokol kuat dikepalaku.

pagi ini hidungku begitu rindu menghirup harumnya, yang semalam menempel dilenganku.

Friday, 9 July 2010


I pray
to nobody
to noone
to nothing
:
love
would
eventually
grow
on trees.

Nama belakangku nanindra.
Kau tahu orang eropa begitu kaku dan hanya memanggil nama belakangmu dan menambahkan sedikit nona atau nyonya.
Nama itu aku suka mendengarnya saat diucap.
Dra membuat bibirmu tidak terkatup, begitu pula Nin, dan tentunya Na.
Huruf vokal begitu lantang terdengar dan mulutmu tidak dibungkam paksa.

Meski menjijikkan untuk kau dengar, biarlah, tapi aku selalu sedih saat satu kata yang diucapkan orang mengandung konsonan B, F, M, P, V, W.
Bibir mereka seperti diperintah kawin paksa. Dan suara yang terdengar juga memutus alunan yang bagus.
Cobalah sendiri kalau kau tidak percaya.
Call me freak, i don’t mind.


Dalam sansekerta, nama belakangku punya arti&makna yang bagus.
Menghindari salah kaprah, lebih baik kau browse saja.
Disini aku tidak mau menjabarkan artinya.
Orang tuaku bahkan begitu mengimani makna dari keseluruhan nama anaknya, dan yang menguntungkan adalah.. Mendapat banyak pengecualian dan pemaafan.
Terjaga hingga larut malam, bekerja hampir 24 jam, dan perkara penting lainnya, karena nama dan takdir mereka memaafkan.
Menyenangkan ya punya orang tua yang bertanggung jawab atas tindakan.
Begitu siap akan konsekuensi.
Cermat menghitung resiko.
Dan begitu eropa.

Jadi salah siapa kalau aku ini suka duduk ngangkang?

Saturday, 19 June 2010

Ini trisemester kedua saya hibernasi. Sementara berhenti berfikir, mencambuki keseharian dengan aturan tengat waktu yang ketat, tidak merelakan diri dibudaki consensus dan regulasi sebuah institut pendidikan, pernak pernik akademisi, obrolan singkat waktu istirahat, dan tanggung jawab lainnya sebagai mahasiswa.

Homo absentia.

Saya mengisi spasi dengan kegiatan yang saya suka. Kebanyakan dari itu menyakiti orang yang saya sayangi, setidaknya membuat saya merasa total bersalah. Karena aktivitas tersebut biasanya menyeret kebohongan serta. Menyadari saya tidak sholat saja orang tua saya yakin mereka resmi jadi penghuni neraka, apalagi mereka tahu saya bersama orang yang saya sayang. Bersama dalam makna ya bersama sama twenty four seven. Jadi meskipun aktivitas saya tidak masuk kategori anonoh, tetap saja hubungan sebab akibat kebersamaan saya dengan kekasih saya itu akan loncat-loncat dikepala mereka sampe mereka kejang dan masuk ICU.

Sepanjang waktu saya rehat ini, saya lahirkan saudara kembar saya, sebutlah dalam bahasa kerennya alter ego. Dengannya saya berdebat, ludah meludahi, jambak menjambak, dia orang pertama yang menampar saya dihadapan orang banyak saat saya berbohong. Dia juga sosok yang paling antusias dengan ide ide saya. Sebaliknya, ia lebih sering lagi mengolok olok melihat saya mengkeret menghadapi hidup, dan mempecundangi saya dengan jempol, bukan jari tengah. Konstruksi pikiran dia tidak sama dengan orang kebanyakan. Saat dia memaki, nama binatang jauh dari daftar kata benda yang akan terlontar, ia lebih memilih kata yang bagus menurut kita, seperti ‘biarawati!’ atau ‘ahai, batu rubi!’ begitu. Aneh ya? Saking anehnya saya anggap itu sebagai pujian. Well, dia tidak berkutik mengenai hal yang paling hakiki dari hidup saya. Dia balik mengkeret ketika lupa bahwa saya memegang teguh suatu janji. Yang sayangnya hanya saya dan dia yang tahu, kamu boleh tambahkan tuhan. Jika kamu betul-betul percaya keberadaannya. Dan sebelum saya lupa, saya beritahu saja sekarang. Namanya TIADA. Dia yang memilih nama itu sendiri, jangan komentar. Saya sih lebih suka nama yang lebih ekstrim seperti belati atau granat, setidaknya bambu. Apalah yang penting metaforis. Tapi dia ya begitulah. Tebak saja lebih jauh. Saya terlalu mengenal dia lebih dari mengenal diri sendiri.

Kali ini dia marah sama saya.

Karena saya tidak bisa enteng menerima keputusan lelaki kesayangan saya akan hidupnya sendiri.

Saya tidak mencantumkan ‘kita berdua’ atau ‘kami’. Karena saya mahluk berwujud mewaktu dan meruang. Sehingga dua kata dengan apostrophe diatas itu belumlah didaulat ruang dan waktu. Mungkin tidak akan, meski nanti keabstrakkan perasaan dirumahkan oleh lembaga pernikahan.

Dia mencibir saya sekarang, tepat sekarang saat saya menuliskan tepat sekarang. Menurutnya saya tidak mandiri. Sepertinya dia lupa, dia juga sangat tidak mandiri. Dia tidak ada seperti namanya, jika saya sendiri tidak ada. Aneh orang itu. Sampai sekarang dia tidak tahu jenis kelaminnya apa. Bantuan dari saya pun tidak mau ia terima. Ereksi menyulitkannya bergerak, dan bra mengganggu kebebasannya. Jadi dia masih aseksual. Dia setuju kita mengadakan selametan jika kelak dia putuskan jenis kelaminnya. Terserahlah. Sedari dulu dia memang warga yang bebas.

Setelah mencibir, dia teriak ditelinga saya ‘suster!!’ karena sedang menulis saya biarkan saja. Konsep mencintainya beda dengan konsep saya. Biarlah.

Susah juga punya alter ego ya. Tidak seperti DVD yang kita bisa tekan ON atau OFF. Dia terus menerus ada. Bermimpi maupun terjaga. Terminologi ‘kenyataan’ pun bergeser dan bergerak semakin out of focus sekarang. Apapun yang kita yakini bisa berubah setiap saat. Pegangan kita sewaktu waktu lepas. Jadi, keluar dari penjara kesoktahuan agaknya ada baiknya.
Saya sediakan waktu untuk lelaki kesayangan. Saya bicara mengenai keadilan disini. Pasal pasal mencintai tidak kaku dan semengikat hukum manusia diujung palu. Tetapi hukum dan jeratnya lebih sengsara dari penjara. brrrr.. Bikin bulu kuduk meregang tinggi. Disini saya cemas sebetulnya, entah dimana kapan, yang saya lakukan sekarang akan dalam dirindukan. Daripada sibuk membayangkan, hingga puncak melankoli, maka saya selesaikan tulisan, melanjutakan buku yang sekarang sampai dihalaman 257, dan pergi malam mingguan beberapa jam lagi. Bertiga, Lelaki kesayangan, Saya dan Tiada. Tidak tertutup kemungkinan ada yang lain, siapa tahu? Saudara imajiner saya belum berkenalan dengan alter ego lelaki saya. Mungkin ada. Mungkin tidak. Biar mahluk mistikal lain saja yang tahu. Saya ada dilist paling terakhir :)

Thursday, 17 June 2010


Hari ini saya terlalu struktural dan ilmiah.
Mungkin saja saya lupa bahwa itu terjadi dari dulu sampai sekarang. Sehingga hari ini sedikit tidak relevan.

Saya sadari itu saat berada dalam kecepatan sedang yang stagnan diatas argo parahyangan. Saat itu mata saya sedang dipaku pada paragraph dari buku setebal 684 halaman. Menyusuri maksud dan tujuan yang tidak memakan banyak usaha untuk sampai keotak. Dan mungkin karena plot yang sudah nampak jelas dan tantangan yang mengendur membuat sesekali pandangan mata naik, lurus kearah jendela. Hijau dan gerbong kereta. Udara sejuk menambah sentiment jadi tinggi. Saat itulah saya mengakui. Saya ini perempuan yang keilmiahannya keterlaluan. Kemudian saya lirik mata kekiri, sungguh kasian lelaki saya yang sedang nyenyak tidur sampai menganga. Sungguh, saya menatapnya penuh sayang sekaligus iba. Nampaknya ia kenyang disuapi struktur dan pola pikir ilmiah.

Kamu terlalu takut lengket..”
Pernyataan itu dibuatnya beberapa waktu sebelum ia tidur yang kemudian saya mulai serius membaca buku. Berbagai jenis sanggahan dan otokritik siap jatuh bebas dari bibir, tapi urung terjadi. Sebagai anak muda yang tidak ingin lupa dengan asal usulnya, saya rasa mengadaptasi para perempuan jawa ada baiknya. Saya hanya tertegun dan diam. Baginya sama saja dengan angguk setuju, mungkin. Tapi disitu sebenarnya saya menunjukkan, setidaknya pada diri sendiri, saya mencintainya. Tidak sekedar kata-kata belaka.

Konsekuensi adalah akibat seperti asap. Dalam perihal yang sedang terjadi yaitu lengket. Kesadaran akan api sebagai agen penyebab. Dalam kasus ini adalah membuka kontainer kopi sembarangan. Kesadaran yang menyala terus menerus harus diakui melelahkan. Tapi seperti sulitnya ulangan, hasil rapot memuaskan akan kita terima diakhir semester. Adakalanya bermain dan lepas dari superego harus dilakukan, seperti Eclipse yang menyalip Norwegian wood, disitulah letak permainannya. Secara sadar nafas zen dilepas untuk mereguk udara roman murahan. Kata apalagi yang lebih bersahaja selain itu, saat yang seharusnya tersembunyi bisa kita intip? Apapun dari setiap perjalanan. Alam tak selamanya ramah berjabat tangan. Tidak mesti sekuat perisai. Hujan bukan ancaman, tetapi adalah konyol saat yang diprediksi betul terjadi. Jika menghindari ketergangguan tak lain dari kaku, katakan tepat dihadapanku mengapa tulang ada didalam dagingku? Jika darah tidak boleh beku, mengapa gigiku begitu kuat?
Kita adalah dialog tanpa ujung. Meski tak selamanya mengenai dialektika.
Struktur dan kausalitas bisa jadi bahaya laten bagi kebebasan. Rasionalitas usang.
Saat seorang perempuan mendaulat diri sebagai Homo Saphien, katakan (lagi) apa yang harus dilakukan saat semesta menggodanya bertanya, berfikir, dan berbuat?


Saya tetap diam. Sekaligus berbicara tanpa berhenti.

Mencintai mengajarkan saya melihat dunia.
Dunia yang bersolek mengajarkan saya wajah paradoksa.

Mencintai diri sendiri mengajarkan saya melukai orang lain.
Melukai orang lain mengajarkan saya kebencian.
Melukai diri sendiri mengajarkan saya tidak bisa mencintai orang lain.

Lagi-lagi menyepakati Noble Silence.
Lagi-lagi menundukkan kepala kepada para tuna wicara.

Monday, 14 June 2010


the picture you are seeing, is one of uncountable reasons why i always wanting to be there. not here.


Sunday, 13 June 2010

bandung.
sabtu sore.
dua motor.
empat anak seperempat abad.

jawaban general untuk mengeneralisir pertanyaan general:
"hey, sibuk apa sekarang?"
"menikmati hidup"

titik.

sakit, miskin, lapar, dan takut.
elemen yang begitu mudah muncul namun ternyata tak begitu mudah kita selesaiperkarakan.
hingga harus dikatakan, tenggelam dalam roman, terhipnotis film, dan mencari simpati dilagu orang, itu semua menyenangkan. dan juga chardonnay dingin. lux. terhitung 4 tahun yang lalu anggur putih itu terakhir diseruput. sepertinya perihal yang tadi disebut itu benda mati yang begitu bisa mengerti kita. meski lagi-lagi, sementara sifatnya.



tapi, siapa yang masih mampu belagu menceritakan teori keabadiaan, jika katanya mabuk itu tak lain dari kesementaraan?

kematian bisa saja begitu singkat, dan keabadian itu terlalu sebentar.

Friday, 11 June 2010

Suatu kerajaan, dimana megalo - patriarka bercokol berkuasa.
Ketika alfabet merah muda
Mengisi kertas hitam
tuan muda.

Sekonyong-konyong kuda-kuda saya yang dipaksa kuat, sempoyongan. Sengatan listrik mendera bagian dari diri. Yang sembunyi terselubung. Karena rentan. Selepas ia berujar singkat, rahasia sakti tersingkap. Tanpa tata karma ia memasuki pentagon saya. Saya tidak bilang terobos, karena tidak ada pemaksaan dan tidak terjadi kekerasan fisik. Tetapi pada suatu malam, disuatu motor, disuatu tempat sebutlah antah berantah. Komentar singkatnya itu memporakporanda bagian paling inti, inti dimana didalamnya ketakutan menyejati. Tetap saja ia berujar sekedar. Mungkin berkelakar.
Celoteh ringan itu dibalik diafragma, menggelegar. Dia bilang saya:
"Mereka bilang saya monyet."
do not step backward when i bark.
who knows whether i bite or sniff your fingers gently?
give your guts a try.
you may get licked and spoiled.
but, bail a hand of yours as a wager.
incase curiousity encourage my anger.

here we live in peace. 

i am a fulltime lover.
i bite him often as a tendercaress.
he scratch his claw.


this universe is a tiny space. 
even eternity is nothing but a very short time.