witch hazel

Wednesday, 2 February 2011
Wednesday, 26 January 2011
As usual, there is a great woman behind every idiot.
"A dream you dream alone is only a dream. A dream you dream together is reality. ."
ini alasan saya bersitegang dalam kurun waktu terakhir. mimpi yang saya emban bersama adalah keyakinan. untuk keyakinan yang manusia punya, manusia harus berjuang berkorban.
maafkan kekeraskepalaan saya ini. tapi realita saya bukan persepsi orang. maka saya terlihat sedikit congkak dalam mempertahankan keyakinan ini, dan saya tidak peduli.
seperti hari ini, perkataan saya menuai konflik. karena melawan kebodohan dan kesemena-menaan, saya membuat atasan dari sebuah korporasi besar di indonesia ngambek. mungkin naik pitam. saya tidak peduli. kemaslahatan manusia yang saya junjung disini.
"blame my gender, i won't pay any attention. blame my femininity every single thing becomes personal. mind fuck. i just don't care about you, freaky clerk, who only cares about your job and your boss."
"If being an egomaniac means I believe in what I do and in my art or music, then in that respect you can call me that... I believe in what I do, and I'll say it."
saya bertahan. digaris tipis antara waras dan gila saya tetap bertahan.
karena? saya tidak butuh argumentasi. yang dikemukakan setelah tanda tanya adalah alasan. alasan yang absurd ditelinga orang lain, gila dimata mereka, aneh, dan rentetan sinonim lainnya. saya percaya. kenapa? seperti kanker, rasa percaya datang dari organ yang tidak jelas keberadaannya dimana, kapan ia diproduksi, dengan enzim apa.
saya dapatkan harga diri tinggi ini dari ibu. ia ratu pemberi. dan kehidupan berrotasi dari porosnya.
"I'm not going to change the way I look or the way I feel to conform to anything. I've always been a freak. So I've been a freak all my life and I have to live with that, you know. I'm one of those people."
"I'm not claiming divinity. I've never claimed purity of soul. I've never claimed to have the answers to life. I only put out songs and answer questions as honestly as I can... But I still believe in peace, love and understanding."
keilahian adalah perkara paling ajaib untuk disimak apalagi dikupas. jika manusia gagal memerangkap makna dari sebuah kata, dan meresapinya dalam jantung atau setiap degup nafas, masih selalu ada waktu untuk belajar. saya menulis karena saya belajar. ralat dan koreksi saya jika saya keliru.
takut adalah kata terakhir dari sebuah paragraf, yang hendaknya segera dilampaui dengan kalimat baru yang berkesinambungan.
berfikirlah, menulislah, salahlah, dan berlanjutlah. surga neraka itu hanya selaput yang harus manusia tembus dengan perangkat kematian.
"Guilt for being rich, and guilt thinking that perhaps love and peace isn't enough and you have to go and get shot or something."
"If everyone demanded peace instead of another television set, then there'd be peace."
tokoh utama dalam cerita
bicara soal moral dan fungsi luhur, apakah merupakan satu kekeliruan jika seorang manusia menghayati hidupnya, memandang paparan dunia real yang ia indera, tidak beda dari tokoh dalam sinema? dalam skema pembabakan drama teater?
katakanlah ia berlebihan. ia korban kejahatan modis purwa rupa. katakan apapun juga. silakan berasumsi terhadap keadaan yang ia alami.
namun sebelum memperosokkan opinimu kedalam jurang penilaian, bersediakah anda menggerakkan logika dingin dan prasangka panas itu sedikit lebih menjorok kedalam nurani terbening yang pernah ada.
siapa biang keladinya?
temukan dalam galian. silakan.
bingung?
bisa jadi cara saya bertutur yang sedikit keluar jalur.
namun saya akan gelitik sekali lagi kesadaran pembaca, apakah anda jarang merasa bahwa anda tokoh bawang merah dari sandiwara digeladak dunia? ada yang menangis merasai menjadi anda si tokoh tersiksa. anda merasa keperihan yang dirasa menjadi objek tontonan. mengharap syaraf dan serabut menyalurkan simpati.
katakanlah ia berlebihan. ia korban kejahatan modis purwa rupa. katakan apapun juga. silakan berasumsi terhadap keadaan yang ia alami.
namun sebelum memperosokkan opinimu kedalam jurang penilaian, bersediakah anda menggerakkan logika dingin dan prasangka panas itu sedikit lebih menjorok kedalam nurani terbening yang pernah ada.
siapa biang keladinya?
temukan dalam galian. silakan.
bingung?
bisa jadi cara saya bertutur yang sedikit keluar jalur.
namun saya akan gelitik sekali lagi kesadaran pembaca, apakah anda jarang merasa bahwa anda tokoh bawang merah dari sandiwara digeladak dunia? ada yang menangis merasai menjadi anda si tokoh tersiksa. anda merasa keperihan yang dirasa menjadi objek tontonan. mengharap syaraf dan serabut menyalurkan simpati.
Wednesday, 20 October 2010
ventilasi.
jadi begini situasinya, bayangkan kamu tidak pernah bisa selesai minum karena rasa haus tidak kunjung habis. sedang perutmu begitu penuh dan buncit.
kemudian bayangkan juga apetite makanmu yang tak terkendali, begitulah saya dalam menginjeksi ilmu. saya gila ingin tahu. ratu penasaran. dan seperti itulah keburukan kepala saya. busung lapar. dia lupa bahwa dia terus mengunyah, memamah biak.
tradisi dan akar primordial mengajarkan saya berhati-hati. bisa-bisa subversif kata harmoko. belum lagi bersanding dengan ibu yang analitis dan bapak yang kritis. dan yang anehnya, keduanya orang jawa. tinggal dinegara santri. demi lucifer atau sekedar dewa birahi buas di jagat raya, saya gila.
lambat laun saya jadi si sok tahu yang blingsatan saat berbicara. hardtop baja dengan rem yang blong. sempurna.
ada yang bisa menunjukkan saya arah kamar kecil? tolong. saya harus buang air. kandung kemih dan usus besar saya meradang.
Tuesday, 19 October 2010
all hard work and no play makes jack dull and lame
okay, here's the situation young man,
i think faster than you.
just admit it.
and whip your ass to run after me, overtake my speed.
don't push me to slow down.
educate yourself.
or just walk out the door and let other in.
easy?
isn't it?
duduk dan baca baik-baik.
hey, perempuan, jika kamu datang dari keluarga yang berada atau berkecukupan baik materiil maupun immateriil, kemudian kamu dikecewakan oleh seseorang.
dan tepat pada titik itu kamu mulai bertanya,
'apakah saya selama ini mendapat perhatian yang cukup?'
jawabannya 'ya'
kemudian kamu kembali bertanya,
'lantas mengapa saya kali ini harus kecewa? toh selama ini saya sudah mendapat segenap perhatian dari orang-orang yang begitu menyayangi saya? sehingga kali ini, merasa kecewa, sepertinya tidak apa-apa..'
sekali dua kali sepertinya kamu terlihat seperti perempuan baik.
namun, coba bayangkan pikiran macam itu lahir disetiap konflik atau hubungan yang berpotensi rawan konflik.
apakah kamu, kecuali perempuan masokis?
tidak ada alasan yang pernah membenarkan orang lain menjadi agen penyebab kekecewaan.
selama kamu yakin yang telah kamu lakukan tidak salah & buruk, dan kamu dikecewakan, the problem is theirs, not yours!
pikiran menenangkan macam itu tipikal jawa, dan cenderung tidak sehat.
sudah saatnya kita bersuara dan terlihat buas didepan wajah mereka atas nama kebenaran dan kebaikan, dari pada kenes dan malu-malu tetapi menyimpan keris dipunggung belakang.
dan tepat pada titik itu kamu mulai bertanya,
'apakah saya selama ini mendapat perhatian yang cukup?'
jawabannya 'ya'
kemudian kamu kembali bertanya,
'lantas mengapa saya kali ini harus kecewa? toh selama ini saya sudah mendapat segenap perhatian dari orang-orang yang begitu menyayangi saya? sehingga kali ini, merasa kecewa, sepertinya tidak apa-apa..'
sekali dua kali sepertinya kamu terlihat seperti perempuan baik.
namun, coba bayangkan pikiran macam itu lahir disetiap konflik atau hubungan yang berpotensi rawan konflik.
apakah kamu, kecuali perempuan masokis?
tidak ada alasan yang pernah membenarkan orang lain menjadi agen penyebab kekecewaan.
selama kamu yakin yang telah kamu lakukan tidak salah & buruk, dan kamu dikecewakan, the problem is theirs, not yours!
pikiran menenangkan macam itu tipikal jawa, dan cenderung tidak sehat.
sudah saatnya kita bersuara dan terlihat buas didepan wajah mereka atas nama kebenaran dan kebaikan, dari pada kenes dan malu-malu tetapi menyimpan keris dipunggung belakang.
Eat this, lover girl.
"having a child means having a tattoo on your face, you got to fully commited"
satu dari sekian banyak tagline yang saya ingat dari Eat, Pray, Love.
film itu cukup cerewet. dan seperti anak kecil menghadapi ibunya yang bawel, ia bisa tiba tiba out of tune dan perkataan yang membanjir dari mulut sang ibu cuma mendengung dan tidak memantul-mantul dalam sanubari sang anak, dalam kasus ini, penonton tertidur.
Julia Robert cukup renyah untuk segera dikunyah seperti snack ringan.
tapi kalimat yang keluar dari mulut sahabat Julia yang kebetulan seorang perempuan berkulit hitam, sempat membuat saya tersesat mengikuti alur kisah tersebut dan untuk waktu agak lama seperti berdiri telanjang dihadapan cermin. dan saya bertanya pada diri saya sendiri : sudahkah saya berani berkomitmen?
mungkin tidak dengan memiliki seorang anak, belum. tapi, dengan segala keputusan dalam hidup saya. dan menempatkan keputusan demi keputusan dengan tanggung jawab dan kesadaran penuh seperti memiliki tato diwajah saya?
reflektif.
saya berfikir keras, lebih tepatnya merenung.
tepat disebelah kanan saya, kekasih. sudahkan saya berkomitmen untuk mencintai keburukannya? sudahkah saya melepas atribut ego dan sejenak mengautentifikasi egonya? mengakui secara 'sadar' bahwa ia ada. keberadaan yang menyentuh titik paling aktual dalam situasi nyata.
akal dan nalar kali ini dipekerjakan untuk masuk kewilayah intuitif dan abstrak, saat bicara tentang rasa. satu zat yang berhasil membuat manusia dari zaman purbakala sampai saat ini sibuk, mencari barometernya. kerajaan subjektiva membangun laboratorium penelitian para unidentified flying object dari dunia objektiva.
kemudian ingatan saya memanggil momen, fragmen peristiwa, dan adegan dari masa lampau. salah satunya yang muncul adalah komentar, opini, atau kritik dari para sahabat.
yang terseleksi diakal, justru statement negatif mereka. dan dari situ saya mengukur yang tak mungkin terendus logika.
saya masih ada disini, disebelah kekasih saya. untuk seribu gugatan dan klaim kejam saya padanya, tangan kita tetap berpautan. kami masih terus bersama diantara hawa panas dan lembabnya suatu hubungan percintaan sampai semilir dingin meski singkat dari birahi atau apapun yang mendekati kebahagiaan. mungkin ledakan orgasmik, mungkin juga sekedar senyum tulus setelah ucapan terima kasih, atas suguhan sarapan, atau gelisah yang dijinakkan.
kemudian, satu serambi dalam jantung berdetak dan oksigen kembali masuk kekepala, disusul oleh sanggahan dari otak saya sendiri atas pernyataan saya sendiri tadi,
"apakah dengan bertahan menghadapi arus baik dan burukmu dengan pasanganmu berarti kamu sudah berkomitmen dengan baik dan benar?"
verifikasi kebenaran dari pernyataan awal dan jawaban dari sanggahan saya sendiri ternyata adalah ujian yang lain lagi. kali ini saya harus lebih sayang pada diri saya sendiri dibandingkan apapun yang lain, yaitu dengan keputusan saya untuk mengikhlaskan monolog ini open ending, cenderung ambigu. biarkanlah. karena hanya ruang waktu dan peristiwa yang bisa jadi ruang ujiannya. toh, bagi raport juga satu selaput yang masih belum saatnya saya tembus, kematian.
satu dari sekian banyak tagline yang saya ingat dari Eat, Pray, Love.
film itu cukup cerewet. dan seperti anak kecil menghadapi ibunya yang bawel, ia bisa tiba tiba out of tune dan perkataan yang membanjir dari mulut sang ibu cuma mendengung dan tidak memantul-mantul dalam sanubari sang anak, dalam kasus ini, penonton tertidur.
Julia Robert cukup renyah untuk segera dikunyah seperti snack ringan.
tapi kalimat yang keluar dari mulut sahabat Julia yang kebetulan seorang perempuan berkulit hitam, sempat membuat saya tersesat mengikuti alur kisah tersebut dan untuk waktu agak lama seperti berdiri telanjang dihadapan cermin. dan saya bertanya pada diri saya sendiri : sudahkah saya berani berkomitmen?
mungkin tidak dengan memiliki seorang anak, belum. tapi, dengan segala keputusan dalam hidup saya. dan menempatkan keputusan demi keputusan dengan tanggung jawab dan kesadaran penuh seperti memiliki tato diwajah saya?
reflektif.
saya berfikir keras, lebih tepatnya merenung.
tepat disebelah kanan saya, kekasih. sudahkan saya berkomitmen untuk mencintai keburukannya? sudahkah saya melepas atribut ego dan sejenak mengautentifikasi egonya? mengakui secara 'sadar' bahwa ia ada. keberadaan yang menyentuh titik paling aktual dalam situasi nyata.
akal dan nalar kali ini dipekerjakan untuk masuk kewilayah intuitif dan abstrak, saat bicara tentang rasa. satu zat yang berhasil membuat manusia dari zaman purbakala sampai saat ini sibuk, mencari barometernya. kerajaan subjektiva membangun laboratorium penelitian para unidentified flying object dari dunia objektiva.
kemudian ingatan saya memanggil momen, fragmen peristiwa, dan adegan dari masa lampau. salah satunya yang muncul adalah komentar, opini, atau kritik dari para sahabat.
yang terseleksi diakal, justru statement negatif mereka. dan dari situ saya mengukur yang tak mungkin terendus logika.
saya masih ada disini, disebelah kekasih saya. untuk seribu gugatan dan klaim kejam saya padanya, tangan kita tetap berpautan. kami masih terus bersama diantara hawa panas dan lembabnya suatu hubungan percintaan sampai semilir dingin meski singkat dari birahi atau apapun yang mendekati kebahagiaan. mungkin ledakan orgasmik, mungkin juga sekedar senyum tulus setelah ucapan terima kasih, atas suguhan sarapan, atau gelisah yang dijinakkan.
kemudian, satu serambi dalam jantung berdetak dan oksigen kembali masuk kekepala, disusul oleh sanggahan dari otak saya sendiri atas pernyataan saya sendiri tadi,
"apakah dengan bertahan menghadapi arus baik dan burukmu dengan pasanganmu berarti kamu sudah berkomitmen dengan baik dan benar?"
verifikasi kebenaran dari pernyataan awal dan jawaban dari sanggahan saya sendiri ternyata adalah ujian yang lain lagi. kali ini saya harus lebih sayang pada diri saya sendiri dibandingkan apapun yang lain, yaitu dengan keputusan saya untuk mengikhlaskan monolog ini open ending, cenderung ambigu. biarkanlah. karena hanya ruang waktu dan peristiwa yang bisa jadi ruang ujiannya. toh, bagi raport juga satu selaput yang masih belum saatnya saya tembus, kematian.
apakah kamu?
menonton dan mendengar lebih mudah dibandingkan dengan membaca, dalam konteks meresap informasi.
pertanyaan untukmu yang membaca tulisan ini,
'apakah anda berlangganan koran?'
jika iya, kamu termasuk salah satu dari sekian banyak orang yang saya segani.
pertanyaan selanjutnya,
'apakah anda membaca buku?'
jika tidak, saya masih bisa menunggu kamu untuk segera memberi otakmu makanan.
kemudian disusul pertanyaan,
'apakah anda memotret?'
jika ia, maka kamu teman saya.
Monday, 4 October 2010
Sunday, 5 September 2010
"bandung lima september"
Subscribe to:
Posts (Atom)